Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Muslim Uighur Dipaksa Makan Daging Babi Setiap Jumat Saat Ditahan oleh China



BACANEWS.ID - Pengakuan mengejutkan diungkap oleh seorang perempuan Uighur yang pernah berada di dalam kamp reedukasi pemerintah China di Provinsi Xinjiang. Dia mengatakan selama berada di kamp tersebut, Muslim Uighur dipaksa makan daging babi yang diharamkan dalam agama Islam.

Sayragul Sautbay merupakan salah satu Muslim Uighur yang cukup beruntung bisa dibebaskan dari kamp reedukasi China di Xinjiang pada awal 2018 lalu. Bersama ibunya, Sautbay kini tinggal di Swedia. Namun demikian, ibunya masih terus dihantui bayangan menakutkan kekerasan serta penyiksaan yang mereka alami selama di dalam kamp.



Baru-baru ini, Sautbay yang merupakan seorang dokter serta tenaga pengajar meluncurkan buku yang berisi pengalamannya selama berada di dalam kamp reedukasi China. Secara rinci, Sautbay bercerita kepada Aljazeera mengenai perlakukan kurang manusiawi yang dilakukan terhadap Muslim Uighur termasuk, kekerasan seksual serta sterilisasi paksa.

"Setiap hari Jumat, kami semua dipaksa memakan daging babi," kata Sautbay.

"Mereka dengan sengaja memilih melakukannya di hari suci bagi umat Muslim. Dan jika Anda menolak, Anda akan mendapat hukuman mengerikan," lanjutnya.

China berusaha menciptakan perasaan bersalah pada Muslim Uighur

Dia menambahkan, kebijakan tersebut sengaja dirancang untuk menimbulkan rasa malu dan bersalah pada para tahanan Muslim. Sautbay juga sulit untuk menjelaskan dengan kata-kata, setiap emosi yang dirasakan setiap kali makan daging babi.

"Saya merasa seperti saya adalah orang yang berbeda. Di sekitar saya menjadi gelap. Sangat sulit untuk menerimanya," ujarnya.

Kesaksian dari Sautbay dan lainnya menjadi indikasi tentang bagaimana China berusaha untuk merusak Muslim Uighur di Xinjiang dengan membidik kepercayaan budaya dan agama.

Kamp-kamp konsentrasi yang diklaim China sebagai kamp reedukasi dibuka sejak 2017. Di lokasi tersebut, jutaan Muslim Uighur ditempatkan dengan dalih untuk melawan potensi ekstremisme di Negeri Tirai Bambu.(*)