Ngabalin: Apapun Namamu, Tidak Ada Tempat di Republik Ini
BACANEWS.ID - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochrar Ngabalin menanggapi ormas baru pengganti Front Pembela Islam (FPI).
Ormas besutan Habib Rizieq Shihab itu langsung mendeklarasikan Front Persatuan Islam usai dibubarkan, Rabu (30/12) malam.
Ngabalin menyatakan, baginya tak ada perbedaan dari dua ormas tersebut.
Sebab apapun namanya, tidak ada tempat bagi ormas tersebut di Indonesia.
Hal itu disampaikan Ngabalin melakui akun Twitter pribadinya, Kamis (31/12/2020), sebagaimana dikutip PojokSatu.id.
“Front Persatuan Islam (FPI), apa pun namamu, kau tidak ada tempat di Republik ini,” tulis Ngabalin.
Menurutnya, ormas yang dibentuk pada 1998 itu berbeda dengan ideologi NKRI.
“Basis dan haluanmu adalah negara khilafah Islamiyah,” kata Ngabalin.
Dengan ideologi tersebut, itu berarti FPI telah melakukan pembangkangan terhadap bangsa.
“Itu adalah sebuah pembangkangan terhadap negara dan konstitusi yang sah dan berlaku,” tegasnya.
Karena itu, ia meminta masyarakat, utamanya generasi muda agar jangan sampai terpengaruh.
“Awas jangan gagal paham. Generasi muda Islam harus terlindungi dari ormas radikal,” tandasnya.
Untuk diketahui, beberapa jam usai dibubarkan, sejumlah tokoh FPI langsung mendeklarasikan wadah baru, yakni Front Persatuan Islam (FPI).
Akan tetapi, tak disebutkan di mana tepatnya lokasi deklarasi tersebut.
Hanya saja, disebutkan bahwa deklarasi di lakukan di Jakarta pada Rabu (30/12) malam.
Ada 19 tokoh yang ikut dalam deklarasi tersebut. Di antaranya Habib Abu Fihir Alattas, KH Tb Abdurrahman Anwar dan KH Ahmad Sobri Lubis.
Lalu, Munarman, Abdul Qadir Aka, KH Awit Mashuri, Ustaz Haris Ubaidillah, Habib Idrus Al Habsyi, Ustaz Idrus Hasan serta Habib Ali Alattas.
Selanjutnya Habib Ali Alattas, H. I Tuankota Basalamah, Habib Syafiq Alaydrus, H Baharuzaman, dan Amir Ortega.
Kemudian, Syahroji, H Waluyo, Joko serta M Luthfi.
Pada poin ke-7 rilis tersebut, mereka meminta semua pengurus, anggota, dan simpatisan FPI di seluruh Indonesia dan mancanegara agar membatasi diri.
“Menghindari hal-hal yang tidak penting dan benturan dengan rezim dzalim,” kata pernyataan tersebut.