Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ilmuwan Sebut Oksigen Bumi Mulai Langka | Kiamat Su Dekat?


BACANEWS.ID - Makhluk hidup dapat bernapas lantaran menghirup gas oksigen di Bumi. Namun, menurut para ilmuwan, kelimpahan oksigen itu tidak permanen atau abadi.
Hal ini sempat terjadi di masa lalu dan diperkirakan akan terjadi lagi di masa depan. Kabar baiknya, salah satu tanda kiamat menurut sains itu tak akan terjadi dalam miliaran tahun.

Namun jika fenomena tersebut terjadi, maka penurunan kandungan oksigen akan terjadi dengan cepat dan membahayakan nyawa.

Sekitar 2,4 miliar tahun lalu, peristiwa serupa disebut "Great Oxidation Event" (GOE). Dalam dunia yang layak huni seperti Bumi ini, oksigen di atmosfer bukanlah "fasilitas" permanen.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature yang berjudul "The rise of oxygen in Earth's early ocean and atmosphere", sebuah simulasi dilakukan dengan menggunakan berbagai variabel, termasuk proses geologi dan biologi di Bumi dan yang terpenting, aktivitas matahari.

Saat matahari memanas selama 1 miliar tahun dari sekarang, kandungan karbondioksida mulai menurun dan terurai saat menyerap panas, menyebabkan lapisan ozon terbakar.

Akibatnya, tanaman yang bergantung pada karbondioksida akan menderita dan oksigen yang mereka hasilkan akan berhenti.

Dalam 10 ribu tahun setelahnya, tingkat karbondioksida akan turun sangat tajam sehingga tumbuhan punah.

Akibatnya oksigen perlahan-lahan habis dan makhluk hidup punah. Simulasi juga menunjukkan bahwa kandungan metan semakin meningkat.

Planet hanya bisa dihuni oleh bakteri. Diperkirakan matahari sendiri akan mulai memanggang bumi dalam 2 miliar tahun lagi.

"Penurunan oksigen akan sangat-sangat ekstrem. Kita berbicara soal sejuta kali kandungan oksigen yang lebih rendah daripada saat ini," ujar Chris Reinhard, salah satu peneliti dari Georgia Institute of Technology yang dikutip dari Science Alert.

Namun, kelangkaan oksigen akan menyebabkan kehancuran biologis pada awalnya. Sekali lagi, ini masih prediksi berdasarkan simulasi ilmiah, ya!