Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berkaca Dari Kasus Tanjung Priok: PAK JOKOWI, SAMPEYAN YANG SALAH!


Berkaca Dari Kasus Tanjung Priok:

PAK JOKOWI, SAMPEYAN YANG SALAH!

Saya menulis ini mesti pelan-pelan. Kalau kecepatan, disamping ganteng saya ketinggalan, saya juga bisa keterusan masuk Sel...

Jadi kita urut dulu kronologisnya. Biar ngga apa gitu, kata orang Medan.

Pertama Pak Jokowi dapat Laporan. Banyak Preman dan Pungli alias Pungutan Liar di Pelabuhan Tanjung Priok (Khas Indonesia banget ya...)

Sebagai Presiden yang kumat-kumatan rasa keberpihakannya kepada Rakyat (Maaf harus jujur, karena lebih sering kebijakan beliau menyusahkan rakyat), Pak Jokowi langsung telepon Pak Kapolri.

Saya sih ngga tahu, Pak Jokowi ngomongnya gimana ke Pak Sigit.

Kalau kita bayangkan mungkin seperti gini kali:

"Pak Sigit, nganu... saya dapat laporan dari para Sopir. Banyak anu...pungutan liar di Tanjung Periok. Anu... dibereskan to pak"

"Siap pak. Mohon Petunjuk"

"YNTKTS ...."

"Siap!"

Pak Sigit langsung gerak cepat. "Sreeett....sreeett...teett...teeett...."

Puluhan Bos Pungli dan para Preman di pelabuhan Tanjung Priok pun ditangkap. Dibawa ke Mabes. Diperlihatkan kepada publik lewat kamera wartawan.

Tapi apa Permasalahannya sudah selesai?

"YNTKTS"

Lha itu, preman-preman di Pelabuhan Tanjung Priok bukan puluhan. Ratusan. Yang ngga atau belum tertangkap balas dendam. Truk-truk di Lempari.

Parahnya lagi, aktifitas bongkar muat menjadi lama. Antrian Truk menumpuk. Karena analisa saya, "Pungli dan Preman" sudah menjadi bagian dari sistem di Tanjung Priok, khususnya di Proses Bongkar muat atau setelah turun dari Kapal menuju Gudang masing-masing.

Jadi seharusnya, pertama dibenahi dulu sistemnya. Ngga perlu panggil Programer dan janji dua minggu selesai. Pilah aja dulu masalahnya. Setiap aksi Premanisme (sudah jelas satu paket dengan pungutan liar) sudah pasti berhubungan dengan "kerja tanpa keahlian". Ya bongkar-muat barang.

Nah ini aja dulu diselesaikan. Buruh bongkar muat barang khususnya Koperasi mereka yang harus dibina secara profesional. Kemudian "dibersihkan" jalur Truk dari Pelabuhan sampai Gudang.

Apa sudah selesai?

Ya belum. Harus dipikirkan, para Preman Pelabuhan juga rakyat kita. Mereka jadi Preman karena cari makan. Tidak ada Pekerjaan. Panggil Bu Mensos. Siapa tahu ada ide brilian yang lain, misalnya kasih Pekerjaan di BUMN. Sekalian biar BUMN kita cepat kolaps.

Tapi serius nih. Kalau ada Lapangan Kerja yang mencukupi. Saya yakin Premanisme lebih mudah kita atasi. Dan tugas Negara adalah memastikan dan memberikan Lapangan Kerja untuk rakyatnya. Bukannya justru malah kasih ke TKA China.

Halah... kebablasan lagi.

Tapi yang jelas, kalau seperti sekarang, ujug-ujug main tangkap, ya resikonya merugikan rakyat kecil yang lain.

Ya itu, para Sopir. Truknya dilemparin sampai pecah kaca depan.

(By Azwar Siregar)