Mengenal Faheem Younus, Dokter Amerika Pemberantas Hoaks Covid-19 di Indonesia
BACANEWS.ID - Netizen Indonesia belum lama ini ramai membahas sosok Dr Faheem Younus. Dia merupakan dokter asal Amerika Serikat yang concern terhadap isu Covid-19.
Dr Faheem menjadi populer di kalangan netizen karena belakangan sering menuliskan cuitan-cuitan menggunakan bahasa Indonesia.
Tak hanya itu, dia bahkan menuliskan tentang ‘fenomena-fenomena unik’ di Indonesia terkait pandemi Covid-19. Seperti baru-baru ini, di mana sebagian masyarakat Indonesia memborong susu merek tertentu karena diyakini dapat melawan virus corona.
Selain itu, dia juga memberikan edukasi seputar varian Covid-19 terbaru, cara menggunakan masker, hingga cara melawan hoax di Indonesia. Beberapa kali dia juga meluruskan hoaks yang beredar di internet.
“Masalahnya: Penyebar isu di Facebook/Whatsapp yang menyarankan untuk tidak vaksinasi TIDAK AKAN ngurusin kamu di ICU ketika kamu sekarat kehabisan oksigen karena varian Delta. Solusinya gampang: Berhenti membuang-buang waktu di whatsapp. Dapetin vaksin,” cuitnya dikutip dari Twitter, Senin (5/7/2021).
Di cuitannya yang baru, dia juga menghempas mitos rempah-rempah, seperti jahe, jamu, serai, kunyit, dan kayu putih dapat mencegah atau mengobati Covid-19.
“T: Manakah dari berikut ini yang mencegah/mengobati COVID? Jahe, Jamu, Serai, Kunyit, kayu putih. A: Tidak ada di atas! Pakai masker, hindari keramaian di dalam ruangan dan vaksinasi,” tulisnya tegas.
Lantas, siapa sebenarnya Dr Faheem Younus? Melihat dari laman Twitternya, diketahui dia merupakan pakar penyakit menular dan penyakit dalam dari University of Maryland Upper Chesapeake Health, Amerika Serikat.
Dia juga menjabat sejumlah posisi penting yakni Vice President, Chief Quality Officer, Chief Division of Infection Disease, dan Clinical Associate Professor.
Melansir dari situs University of Maryland Medical System (UMMS), dr Faheem merupakan lulusan dari King Edward Medical University.
Dia juga meraih sejumlah penghargaan di bidang kesehatan seperti eksekutif dokter bersertifikat (CPE), Top Doc oleh Baltimore Magazine, dan Presidential Service Award di pemerintahan Obama pada 2008.
Dr Faheem menjadi populer di kalangan netizen karena belakangan sering menuliskan cuitan-cuitan menggunakan bahasa Indonesia.
Tak hanya itu, dia bahkan menuliskan tentang ‘fenomena-fenomena unik’ di Indonesia terkait pandemi Covid-19. Seperti baru-baru ini, di mana sebagian masyarakat Indonesia memborong susu merek tertentu karena diyakini dapat melawan virus corona.
Selain itu, dia juga memberikan edukasi seputar varian Covid-19 terbaru, cara menggunakan masker, hingga cara melawan hoax di Indonesia. Beberapa kali dia juga meluruskan hoaks yang beredar di internet.
“Masalahnya: Penyebar isu di Facebook/Whatsapp yang menyarankan untuk tidak vaksinasi TIDAK AKAN ngurusin kamu di ICU ketika kamu sekarat kehabisan oksigen karena varian Delta. Solusinya gampang: Berhenti membuang-buang waktu di whatsapp. Dapetin vaksin,” cuitnya dikutip dari Twitter, Senin (5/7/2021).
Di cuitannya yang baru, dia juga menghempas mitos rempah-rempah, seperti jahe, jamu, serai, kunyit, dan kayu putih dapat mencegah atau mengobati Covid-19.
“T: Manakah dari berikut ini yang mencegah/mengobati COVID? Jahe, Jamu, Serai, Kunyit, kayu putih. A: Tidak ada di atas! Pakai masker, hindari keramaian di dalam ruangan dan vaksinasi,” tulisnya tegas.
Lantas, siapa sebenarnya Dr Faheem Younus? Melihat dari laman Twitternya, diketahui dia merupakan pakar penyakit menular dan penyakit dalam dari University of Maryland Upper Chesapeake Health, Amerika Serikat.
Dia juga menjabat sejumlah posisi penting yakni Vice President, Chief Quality Officer, Chief Division of Infection Disease, dan Clinical Associate Professor.
Melansir dari situs University of Maryland Medical System (UMMS), dr Faheem merupakan lulusan dari King Edward Medical University.
Dia juga meraih sejumlah penghargaan di bidang kesehatan seperti eksekutif dokter bersertifikat (CPE), Top Doc oleh Baltimore Magazine, dan Presidential Service Award di pemerintahan Obama pada 2008.