UAS Tulis Surat Wasiat untuk Anaknya setelah Tak Bisa Mencium Bau Durian dan Tulang Terasa Putus
BACANEWS.ID - Ustadz Abdul Somad (UAS) menyampaikan materi terkait kematian dalam Kajian Musawarah beberapa waktu lalu.
Ustadz Abdul Somad mengawali ceramahnya, dengan mengutip Al Quran surah Al-Mulk, surat pertama dalam juz 29.
Menurut UAS, sesudah mati adalah kehidupan yang kekal.
"Apa yang kita lihat hari ini, hidup. Kemudian sampai masanya kita pergi," jelas UAS.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan, Allah SWT menciptakan mati dan hidup adalah untuk beramal.
Ada beberapa hal yang kemudian membuat seseorang lalai dalam beramal, termasuk harta dan anak-anak.
"Apalagi yang membuat kita sibuk? Berbagai macam aktivitas," kata UAS.
Dulu yang menyibukkan orang, main dadu, kemudian mancing.
"Sekarang disibukkan dengan yang lebih hebat pada permainan itu semua. Dari mulai FB, IG, Youtube dan lain sebagainya. Semua ini melalaikan kita dalam perjalanan panjang," kata UAS.
Namun demikian, UAS menegaskan semua itu bisa beralih menjadi amal.
"Harta bisa beralih menjadi amal kalau hartanya dipakai fisabilillah. Buat rumah Quran yang dilakukan Musawarah," kata UAS memberikan contoh.
Anak-anak bisa menjadi amal oleh ketika anak itu dididik dengan baik.
FB juga bisa menjadi amal soleh. FB yang berisi kajian Islam.
IG juga bisa menjadi amal Sholat saat digunakan untuk syiar dakwah.
Pun demikian dengan Youtube.
"Semuanya bisa menjadi amal soleh tergantung kita memakainya," tegas UAS.
Pada kesempatan itu, Ustadz Abdul Somad bercerita dirinya pernah merasakan akan mati.
Hal itu terjadi ketika dirinya pulang dari luar kota, sampai di rumah, semua tulang-tulang saya ini mau putus.
Hari kesatu sama hari kedua, tulang-tulang sendiri rasanya mau putus.
"Hari ketiga dan hari keempat ketika dipakai topi ni, rasanya jarum dan kaca tajam ditusuk-tusukkankan ke kepala," jelas UAS.
Hari kelima dan keenam, UAS mengatakan dirinya membeli durian.
"Saya cium, tak ada baunya sama sekali.Tapi Ustadz tak pernah kena Covid? Saya tak periksa. Tapi ciri-ciri itu ada," lanjut UAS.
Tulang mau putus, topi dipasang rasanga ditusuk-tusuk jarum. Durian dicium tak ada baunya.
"Disitulah saya merasa durian sudah tak enak lagi. Tak saya makan," katanya.
UAS mengatakan, saat itulah dirinya mengambil kertas dan menulis pesan untuk anaknya.
"Wahai anakku. Kalau aku mati jangan kau ke dukun. Kau musti mentauhidkan Allah. Kau kirim aku al Fatihah.
Kau doakan aku. Kau musti sekolah masuk pesantren ngafal Quran.
Karena saya sangka pada hari kesembilan dan kesepuluh nafas sudah pendek sekali.
"Judulnya setengah nafasku pergi," kata UAS.
Begitu beberapa hari saya minum madu. Kemudian saya minum vitamin C pagi, petang, siang. Hilang.
"Sehat sampai sekarang. Kena prank. Hidup sampai sekarang," kata UAS. (*)
Ustadz Abdul Somad mengawali ceramahnya, dengan mengutip Al Quran surah Al-Mulk, surat pertama dalam juz 29.
Menurut UAS, sesudah mati adalah kehidupan yang kekal.
"Apa yang kita lihat hari ini, hidup. Kemudian sampai masanya kita pergi," jelas UAS.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan, Allah SWT menciptakan mati dan hidup adalah untuk beramal.
Ada beberapa hal yang kemudian membuat seseorang lalai dalam beramal, termasuk harta dan anak-anak.
"Apalagi yang membuat kita sibuk? Berbagai macam aktivitas," kata UAS.
Dulu yang menyibukkan orang, main dadu, kemudian mancing.
"Sekarang disibukkan dengan yang lebih hebat pada permainan itu semua. Dari mulai FB, IG, Youtube dan lain sebagainya. Semua ini melalaikan kita dalam perjalanan panjang," kata UAS.
Namun demikian, UAS menegaskan semua itu bisa beralih menjadi amal.
"Harta bisa beralih menjadi amal kalau hartanya dipakai fisabilillah. Buat rumah Quran yang dilakukan Musawarah," kata UAS memberikan contoh.
Anak-anak bisa menjadi amal oleh ketika anak itu dididik dengan baik.
FB juga bisa menjadi amal soleh. FB yang berisi kajian Islam.
IG juga bisa menjadi amal Sholat saat digunakan untuk syiar dakwah.
Pun demikian dengan Youtube.
"Semuanya bisa menjadi amal soleh tergantung kita memakainya," tegas UAS.
Pada kesempatan itu, Ustadz Abdul Somad bercerita dirinya pernah merasakan akan mati.
Hal itu terjadi ketika dirinya pulang dari luar kota, sampai di rumah, semua tulang-tulang saya ini mau putus.
Hari kesatu sama hari kedua, tulang-tulang sendiri rasanya mau putus.
"Hari ketiga dan hari keempat ketika dipakai topi ni, rasanya jarum dan kaca tajam ditusuk-tusukkankan ke kepala," jelas UAS.
Hari kelima dan keenam, UAS mengatakan dirinya membeli durian.
"Saya cium, tak ada baunya sama sekali.Tapi Ustadz tak pernah kena Covid? Saya tak periksa. Tapi ciri-ciri itu ada," lanjut UAS.
Tulang mau putus, topi dipasang rasanga ditusuk-tusuk jarum. Durian dicium tak ada baunya.
"Disitulah saya merasa durian sudah tak enak lagi. Tak saya makan," katanya.
UAS mengatakan, saat itulah dirinya mengambil kertas dan menulis pesan untuk anaknya.
"Wahai anakku. Kalau aku mati jangan kau ke dukun. Kau musti mentauhidkan Allah. Kau kirim aku al Fatihah.
Kau doakan aku. Kau musti sekolah masuk pesantren ngafal Quran.
Karena saya sangka pada hari kesembilan dan kesepuluh nafas sudah pendek sekali.
"Judulnya setengah nafasku pergi," kata UAS.
Begitu beberapa hari saya minum madu. Kemudian saya minum vitamin C pagi, petang, siang. Hilang.
"Sehat sampai sekarang. Kena prank. Hidup sampai sekarang," kata UAS. (*)