Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Andi Arief: Jika Kami Diam, Ruang Publik Dikuasai Buzzer dan Negara Akan Hancur


BACANEWS.ID - Partai Demokrat tidak akan tinggal diam dengan massifnya serangan pendengung atau buzzer pada partai berlambang mercy ini.

Menurut Kepala Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat, Andie Arief sikap diam partainya justru akan membuat negara hancur.

"Jika kami diam, lalu ruang publik dikuasai BuzzerRp, negara akan hancur pada waktunya nanti," ujar Andi Arief disertai unggahan video narasi di akun Twiiter-nya, Selasa (27/7).

Pada video tersebut, narator membuka dengan mengaskan bahwa pada dasarnya bangsa Indonesia tidak kekurangan orang terpercaya dengan beragam sudut pandang.

"Kita bersyukur negeri ini tidak kekurangan orang terpercaya yang memberikan perspektif yang jernih tentang keadaan bangsa ini orang yang tidak tega untuk diam ketika negara sedang membahayakan nyawa dan menanam kebangkrutan," kata narator.

Bahkan, kelompok orang terpercaya itu tidak hanya orang tua. Tetapi juga ada anak muda yang masih berusia belasan tahun

"Dan mereka dari berbagai kalangan dari yang senior hingga remaja berusia belasan, namun lihatlah cara penguasa memperlakukan mereka, bukannya mengajak baku kata untuk menguji kebenaran, tapi justru membayar orang yang hanya berkata kasar dan hal hina yang tak mungkin kita utarakan," katanya.

"Ini adalah suara kader Partai Demokrat, betapa memalukan cara oligarki menghadapi kritik dan oposisi," sambungnya.

Rezim saat ini, lanjut narator video itu, memang tidak melakukan pembungkaman dan memang tidak mungkin dilakukan. Tetapi, rezim melakukan apa saja agar orang berhenti berbicara.

"Sebab itu untuk kalian yang ditugaskan menyerang Partai Demokrat seperti Denny Siregar, Muni, Wakil Menteri Arie Setiadi, politisi PDIP Ruhut Sitompul, dan Dewi Tanjung dan beberapa beberapa nama lagi yang saya lupa namanya," tuturnya

"Kami tahu kalian hanya mencari duit dan menjilat mencari posisi yang tidak kalian dapatkan itu," lanjutnya lagi.

Narator itu mengingatkan, betapa sedih seorang Ibu ketika tahu anaknya yang tumbuh dewasa justru berucap dengan kata-kata kasar.

"Tapi jangan hinakan lidah kalian, sebab betapa sedih ibu yang mendidik lidah itu," ucapnya. [rmol]