Sastrawan Politik: Lebih baik Kehilangan Jokowi daripada Kehilangan Bangsa Ini
BACANEWS.ID - Indonesia tidak menjadi persoalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundurkan demi kebaikan bangsa dan negara.
“Lebih baik kehilangan Jokowi daripada kehilangan bangsa Ini,” kata sastrawan politik Ahmad Khozinudin dalam artikel berjudul “Selamat Datang Kembali Prof Yusril Ihza Mahendra”
Kata Khozinudin, pemimpin pengganti Joowi dapat lebih dipercaya rakyat, memiliki modal sosial dan politik, diharapkan lebih profesional dan amanah menangani pandemi.
“Selanjutnya, penanganan pandemi benar-benar harus dibangun di atas asas melindungi kesehatan dan nyawa masyarakat, bukan untuk melindungi kepentingan ekonomi oligarki,” paparnya.
Untuk mewujudkan hal itu, menurut Khozinudin segenap rakyat tidak cukup hanya berharap kepada DPR dan MPR. Rakyat harus terus bersuara, agar wakilnya tidak tuli dan mengikuti kehendak rakyat sebagai majikan dari DPR dan MPR.
“Seluruh akademisi, praktisi, Ulama, mahasiswa, buruh tani dan nelayan, pemuda dan mahasiswa wajib bersuara sesuai dengan kapasitasnya demi tanggung jawab menyelamatkan bangsa dan negara. Kita semua tak ingin, Indonesia punah dan hanya menjadi fosil sejarah, hilang karena diterjang badai pandemi,” jelasnya.
Kata Khozinudin, ungkapan Yusril Ihza Mahendra ‘Genosida’ pada kasus kematian massal akibat penanganan pandemi Covid-19 dapat dijadikan sandaran legitimasi untuk memberhentikan jabatan Presiden Jokowi.
“Sekali lagi statement Yusril ini mementahkan omongan Mahfud MD yang menyebut Jokowi tak dapat dijatuhkan karena kegagalan penanganan pandemi. Dengan demikian, soalnya bukan lagi sandaran legitimasi untuk memakzulkan Jokowi, tetapi tinggal kehendak politik DPR – MPR,” pungkasnya.[suaranasional]
“Lebih baik kehilangan Jokowi daripada kehilangan bangsa Ini,” kata sastrawan politik Ahmad Khozinudin dalam artikel berjudul “Selamat Datang Kembali Prof Yusril Ihza Mahendra”
Kata Khozinudin, pemimpin pengganti Joowi dapat lebih dipercaya rakyat, memiliki modal sosial dan politik, diharapkan lebih profesional dan amanah menangani pandemi.
“Selanjutnya, penanganan pandemi benar-benar harus dibangun di atas asas melindungi kesehatan dan nyawa masyarakat, bukan untuk melindungi kepentingan ekonomi oligarki,” paparnya.
Untuk mewujudkan hal itu, menurut Khozinudin segenap rakyat tidak cukup hanya berharap kepada DPR dan MPR. Rakyat harus terus bersuara, agar wakilnya tidak tuli dan mengikuti kehendak rakyat sebagai majikan dari DPR dan MPR.
“Seluruh akademisi, praktisi, Ulama, mahasiswa, buruh tani dan nelayan, pemuda dan mahasiswa wajib bersuara sesuai dengan kapasitasnya demi tanggung jawab menyelamatkan bangsa dan negara. Kita semua tak ingin, Indonesia punah dan hanya menjadi fosil sejarah, hilang karena diterjang badai pandemi,” jelasnya.
Kata Khozinudin, ungkapan Yusril Ihza Mahendra ‘Genosida’ pada kasus kematian massal akibat penanganan pandemi Covid-19 dapat dijadikan sandaran legitimasi untuk memberhentikan jabatan Presiden Jokowi.
“Sekali lagi statement Yusril ini mementahkan omongan Mahfud MD yang menyebut Jokowi tak dapat dijatuhkan karena kegagalan penanganan pandemi. Dengan demikian, soalnya bukan lagi sandaran legitimasi untuk memakzulkan Jokowi, tetapi tinggal kehendak politik DPR – MPR,” pungkasnya.[suaranasional]